NARASAKU.COM – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan sepanjang pekan terakhir Oktober 2025.
Berdasarkan data Bloomberg, pada Jumat (31/10/2025) rupiah menutup perdagangan dengan penguatan tipis 0,03% ke posisi Rp16.631 per dolar AS.
Meski sempat menguat di akhir pekan, secara mingguan rupiah justru melemah 0,17% dibanding posisi pekan sebelumnya di Rp16.602 per dolar AS.
Baca Juga:Harga Emas Hari Ini Naik 3 Hari Beruntun, Antam Tembus Rp2,64 Juta per GramHarga Emas Hari Ini Kamis 16 Oktober 2025: Antam, UBS, dan Galeri24 Kompak Meroket Naik
Sementara berdasarkan kurs tengah Jisdor Bank Indonesia (BI), mata uang Garuda justru mencatat penguatan ringan 0,03% menjadi Rp16.625 per dolar AS.
Sentimen Eksternal Tekan Pergerakan Rupiah
Menurut Ibrahim Assuaibi, pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas, pergerakan rupiah masih dibayangi oleh faktor eksternal, terutama dari arah kebijakan moneter AS dan perlambatan ekonomi China.
“Pelemahan rupiah sebagian besar dipicu oleh kombinasi kebijakan The Fed dan kinerja ekonomi Tiongkok yang belum stabil,” ujarnya dalam risetnya.
Pada pekan tersebut, Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 3,75–4,00 persen.
Namun, pernyataan hawkish Ketua The Fed, Jerome Powell, menahan potensi penguatan rupiah.
Powell menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember belum pasti, sehingga pasar menilai arah kebijakan masih cenderung ketat.
Pernyataan tersebut mendorong imbal hasil (yield) obligasi AS dan indeks dolar AS menguat.
Baca Juga:Harga Emas Melejit! Antam Tembus Rp2,56 Juta, UBS dan Galeri24 Ikut MeroketBursa Kripto Baru Segera Hadir di Indonesia, OJK Proses Izin dari Tokoh-Tokoh Besar Industri Kripto
Data Manufaktur China dan Pertemuan Trump–Xi Belum Beri Harapan
Selain faktor The Fed, data ekonomi China juga memberi tekanan tambahan.
Aktivitas manufaktur Tiongkok pada Oktober turun lebih dalam dari perkiraan dan menandai kontraksi selama tujuh bulan berturut-turut.
Kondisi ini memperkuat ekspektasi bahwa Beijing perlu menambah stimulus ekonomi.
Sementara itu, pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dinilai belum cukup membawa dampak signifikan terhadap perdagangan global.
Keduanya memang sepakat menurunkan tarif 10% untuk produk terkait fentanil dan melanjutkan ekspor kedelai AS ke China, namun kesepakatan lain masih menggantung.
Data Domestik: Stabilitas Rupiah Terjaga, Arus Modal Campuran
Bank Indonesia mencatat pergerakan indikator stabilitas nilai tukar masih relatif terjaga.
Pada Kamis (30/10/2025), rupiah ditutup di level bid Rp16.635 per dolar AS, sementara yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun naik ke 6,03%.
