NARASAKU.COM – Harga Bitcoin (BTC) kembali melemah lebih dari 1,7% dalam 24 jam terakhir, turun ke US$108.200 atau sekitar Rp1,79 miliar (kurs Rp16.610) pada Jumat, 31 Oktober 2025.
Koreksi ini sejalan dengan penurunan pasar kripto secara keseluruhan yang turun 2,21%, menurut data Tokocrypto.
Penurunan ini bukan disebabkan oleh satu faktor tunggal. Kombinasi tekanan makroekonomi, indikator teknikal, dan likuidasi derivatif besar-besaran menjadi pemicu utama.
Baca Juga:Risiko Likuiditas Global: The Fed dan PBOC Suntik Dana Besar, Apa Dampaknya bagi Pasar?Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Melemah Tipis, Tertekan Sentimen Global dan Kebijakan The Fed
Dalam 24 jam terakhir, lebih dari US$1,1 miliar posisi derivatif kripto dilikuidasi, termasuk US$268 juta posisi long Bitcoin, menandakan pembersihan besar di pasar berisiko tinggi.
Ketidakpastian dari The Fed dan Politik AS
Sumber tekanan utama datang dari komentar Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, yang menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga pada Desember “bukan hal yang pasti.”
Pernyataan ini segera mengguncang pasar keuangan global dan mendorong investor beralih ke aset aman seperti emas dan dolar AS, mengurangi minat terhadap aset berisiko seperti Bitcoin.
Situasi ini diperparah oleh krisis politik domestik di Amerika Serikat, di mana penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) telah berlangsung selama lebih dari 30 hari.
Kondisi tersebut meningkatkan ketidakpastian arah kebijakan moneter, padahal sebelumnya pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga mencapai 70%.
“Tensi politik dan ketidakjelasan arah suku bunga membuat investor enggan menambah eksposur ke aset berisiko,” ujar Fyqieh Fachrur, Analis Tokocrypto.
“Selama dolar AS menguat, Bitcoin akan sulit menarik minat dalam jangka pendek,” tambahnya.
Baca Juga:Harga Emas Hari Ini Naik 3 Hari Beruntun, Antam Tembus Rp2,64 Juta per GramHarga Emas Hari Ini Kamis 16 Oktober 2025: Antam, UBS, dan Galeri24 Kompak Meroket Naik
Analisis Teknikal: Sinyal Bearish Jangka Pendek
Dari sisi teknikal, Bitcoin menembus support penting di level US$108.000, sekaligus jatuh di bawah dua level kunci:
200-day Exponential Moving Average (EMA) di US$108.682
Fibonacci retracement 23,6% di US$108.435
Breakdown di area tersebut memicu stop-loss otomatis dan penjualan algoritmik, mempercepat tekanan harga.
Menurut Fyqieh, “Jika BTC gagal menembus kembali ke atas US$108.000, koreksi lanjutan ke kisaran US$103.000–US$104.000 bisa terjadi sebelum pasar menemukan keseimbangan baru.”
Data CoinGlass menunjukkan peningkatan open interest sebesar 4,7%, yang menandakan banyak posisi short baru terbuka.
