NARASAKU.COM – Nilai tukar rupiah mengawali perdagangan awal Desember 2025 dengan kinerja positif meskipun dibayangi sejumlah tekanan ekonomi.
Pada Senin (1/12), rupiah di pasar spot menguat Rp12 atau 0,07% menuju level Rp16.663 per dolar AS.
Sebaliknya, kurs Jisdor yang dirilis Bank Indonesia justru bergerak berlawanan arah dengan melemah tipis Rp7 atau 0,04% menjadi Rp16.668 per dolar AS.
Baca Juga:Harga Bitcoin Anjlok 30%: Kekayaan Satoshi Nakamoto Turun Rp 713 Triliun, Pasar Kripto PanikIHSG Hari Ini Rebound di Zona Hijau, Sektor Energi dan Saham Konglomerat Jadi Penopang
Penguatan rupiah di pasar spot terjadi pada momentum rilis data ekonomi penting dari Badan Pusat Statistik (BPS), yakni laporan mengenai surplus neraca perdagangan Indonesia yang telah berlangsung 66 bulan berturut-turut hingga Oktober 2025.
Namun, di sisi lain, kinerja neraca perdagangan juga menunjukkan tanda-tanda perlambatan karena nilai surplus menyempit dibandingkan bulan sebelumnya.
Ekspor Batu Bara Turun, China dan India Kurangi Permintaan
Salah satu faktor penyebab penyempitan surplus adalah penurunan ekspor, yang untuk pertama kalinya terjadi sejak tahun lalu.
Penurunan ini terutama dipicu oleh melemahnya permintaan batu bara, komoditas ekspor unggulan Indonesia, dari dua negara utama, yaitu China dan India.
Kondisi ini mencerminkan dinamika global yang masih dipengaruhi oleh moderasi pertumbuhan ekonomi China serta peningkatan bauran energi yang membuat negara tersebut lebih selektif dalam impor batu bara.
India pun tengah melakukan diversifikasi pasokan energi, sehingga permintaannya tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya.
Dampak dari turunnya ekspor batu bara tidak hanya terlihat pada neraca perdagangan, tetapi juga menimbulkan tambahan tekanan terhadap rupiah.
Baca Juga:Lo Kheng Hong Makin Tajir! Tambah 1,35 Juta Saham Gajah Tunggal (GJTL)Harga Emas Hari Ini 6 November 2025: UBS dan Galeri24 Turun, Antam Naik Rp27.000 per Gram
Komoditas ini selama ini menjadi salah satu penopang utama devisa negara.
Arus Keluar Dana Asing Masih Berlanjut
Tekanan eksternal juga muncul dari pasar keuangan domestik, di mana aliran dana asing terus mencatatkan arus keluar (capital outflow) hingga November 2025, baik di pasar saham maupun obligasi negara.
Outflow yang berkelanjutan biasanya memberi tekanan tambahan terhadap rupiah karena permintaan terhadap dolar AS meningkat ketika investor asing menarik dananya dari pasar finansial lokal.
Namun, menariknya, penguatan rupiah hari ini menunjukkan bahwa sentimen global memberikan lebih banyak ruang bagi mata uang emerging market untuk bergerak positif.
Indeks Dolar AS Melemah Enam Hari Beruntun
