Salah satu faktor eksternal terbesar yang mendukung penguatan rupiah adalah melemahnya indeks dolar AS.
Pada perdagangan Senin, indeks dolar turun 0,17% ke level 99,29, melanjutkan penurunan selama enam hari berturut-turut.
Pelemahan ini terjadi seiring membaiknya risk appetite global dan ekspektasi pasar terhadap perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat.
Baca Juga:Harga Bitcoin Anjlok 30%: Kekayaan Satoshi Nakamoto Turun Rp 713 Triliun, Pasar Kripto PanikIHSG Hari Ini Rebound di Zona Hijau, Sektor Energi dan Saham Konglomerat Jadi Penopang
Ketika dolar AS melemah, mata uang negara berkembang cenderung mendapatkan angin segar karena tekanan pembiayaan global menurun dan investor kembali mencari aset berimbal hasil lebih tinggi.
Rupiah Menguat Bersama Mayoritas Mata Uang Asia
Rupiah menguat sejalan dengan pergerakan mayoritas mata uang Asia.
Yen Jepang mencatat penguatan terbesar, yaitu 0,55%, didorong sentimen terkait prospek kebijakan moneter Bank of Japan.
Baht Thailand naik 0,46%, diikuti peso Filipina 0,16% dan dolar Singapura 0,13%. Ringgit Malaysia dan yuan China juga bergerak positif meski dengan penguatan tipis.
Di sisi lain, beberapa mata uang Asia justru melemah terhadap dolar AS, seperti rupee India yang turun 0,19%, dolar Taiwan 0,12%, won Korea 0,08%, dan dolar Hong Kong 0,04%.
Pergerakan beragam ini menunjukkan bahwa dinamika regional masih dipengaruhi oleh kondisi domestik masing-masing negara.
Ruang Penguatan Rupiah Terbuka, tapi Rentan Koreksi
Secara keseluruhan, penguatan rupiah di awal Desember 2025 lebih banyak ditopang oleh faktor eksternal, terutama pelemahan dolar AS dan penguatan mata uang regional.
Namun, dari sisi domestik, terdapat sejumlah indikator yang perlu diwaspadai: Surplus perdagangan yang menyempit menunjukkan tekanan dari sektor ekspor.
Baca Juga:Lo Kheng Hong Makin Tajir! Tambah 1,35 Juta Saham Gajah Tunggal (GJTL)Harga Emas Hari Ini 6 November 2025: UBS dan Galeri24 Turun, Antam Naik Rp27.000 per Gram
Penurunan permintaan batu bara dapat berlanjut jika perlambatan ekonomi global tidak membaik.
Capital outflow yang masih terjadi dapat menahan laju penguatan rupiah dalam jangka pendek.
Dengan kondisi tersebut, rupiah masih berpeluang menguat jika sentimen global terhadap dolar AS tetap melemah.
Namun, ketidakpastian dari sektor komoditas dan arus portofolio membuat ruang penguatan rupiah tetap terbatas.
