Ia menegaskan bahwa selama penggunaan leverage tetap besar, volatilitas ekstrem akan sulit dihindari. Pasar bisa berubah sangat cepat hanya karena minor movement dalam harga.
Di luar faktor teknikal pasar, sentimen makroekonomi juga menambah tekanan. Ketidakpastian arah kebijakan suku bunga AS, hususnya terkait potensi penurunan Fed Rate, membuat investor berhati-hati menempatkan dana pada aset berisiko.
Beberapa faktor yang membuat investor memilih langkah defensif:
– Ketidakpastian pemangkasan suku bunga AS. Pasar masih menunggu sinyal tegas dari Federal Reserve. Jika suku bunga tetap tinggi, aset berisiko seperti kripto cenderung tertekan.
Baca Juga:Rupiah Menguat di Awal Desember 2025: Surplus Dagang Menyempit, Ekspor Batu Bara Turun, dan Dolar AS MelemahHarga Bitcoin Anjlok 30%: Kekayaan Satoshi Nakamoto Turun Rp 713 Triliun, Pasar Kripto Panik
– Perlambatan ekonomi global. Investor cenderung beralih ke aset safe haven seperti obligasi atau emas.
– Minimnya katalis positif di sektor kripto. Tidak ada sentimen besar yang mampu menahan tekanan aksi jual.
Ketika ketidakpastian meningkat, investor memilih keluar dari pasar kripto untuk mengamankan nilai portofolio mereka.
Hal inilah yang membuat harga bitcoin, ether, dan altcoin lainnya semakin sulit pulih.
Pasar Kripto Masih Berada di Zona Rentan
Penurunan bitcoin, ether, dan Solana pada awal Desember menunjukkan bahwa pasar kripto belum stabil sepenuhnya.
Kombinasi aksi jual besar-besaran, tingginya leverage, dan tekanan ekonomi makro menjadi pemicu utama pelemahan harga.
Selama faktor-faktor ini belum mereda, volatilitas kemungkinan akan tetap tinggi.
Investor pun perlu berhati-hati memahami dinamika pasar, khususnya bagi mereka yang bertransaksi menggunakan leverage.
